Sabtu, 15 Mei 2010

Suatu Pandangan tentang PDBI


dikutip dari sini
Emannya Drum Band di Indonesia


Drumband merupakan salah satu cabang olahraga yang mahal dan kompleks. Coba bayangkan harga 1 terompet saja berkisar antara 1,5juta. Itupun dengan kualitas yang pas-pasan. Bagaimana dengan 40anak yang bermain? Satuanku, DAS, pernah menganggarkan dalam proposal pertamanya(Proposal untuk Porprov 2009) untuk membeli sepasang stick snare drum dengan harga Rp 187.000,00 hanya sepasang. Belum lagi anggaran untuk beraneka kostum yang berbeda disetiap mata lombanya. Bisa saya lihat total anggaran pada proposal itu Rp 417.683,00 hanya untuk 25 anak. Bagaimana dengan 100 personil? 125? 200? Memang berlebihan, tapi itulah yang dibutuhkan satuan untuk bisa go international. Ya, walaupun kenyatannya sangat jauh dari harapan.



Kompleks, maksutnya Drumband menggabungkan 3 unsur berat. Yaitu fisik, seni, dan intelegensi. Pelatih fisik kami tidak tanggung-tanggung. Beliau adalah Bpk. Muhammad Rois, coba search di Google, banyak kiprahnya di dunia tinju internasional. Guru musik kami adalah Bpk. Suprayitno yang partiturnya bisa berjuta-juta rupiah sampai ke kalimantan. Pak Bambang, guru perkusi, beliau mantan pemain snare terbaik Sampoerna yang pernah bermain di Amrik. Tapi apa?

Ter-zhalim-i

Kata yang pantas untukku setiap kali mengikuti lomba yang diadakan Persatuan Drum Band Indonesia(PDBI). Entah itu Porprov maupun Kejurnas ataupun yang lainnya. Mungkin bukan hanya aku saja, masih ada ratusan temanku diluar sana mungkin juga merasakannya. Hal ini pertama kali kusadari saat kejurnas 2008 yang dilaksanakan Februari 2009 di Surabaya. Waktu itu aku masih menjadi pemain di Gita Rama & Shinta SMPN 1 Surabaya. Satuan kami hebat, beranggotakan lebih dari 80 orang, latihan setiap hari, anggaran dapat dari sana sini. Bahkan berani tidak sekolah H-2minggu sebelum lomba. Tapi? aku lihat di koran JawaPos pada hari ke-sekian waktu lomba terpampang di headline news,"Kejurnas Drumband Ricuh". Saat itu memang benar-benar ricuh. Sangat memprihatinkan. Bahkan sangat memalukan bila diceritakan. Bukti kedua adalah Porprov 2009. Ya Allah, lagi lagi terzhalimi. Bahkan kami dibuat mengucurkan air mata hanya saat 5 menit sebelum memasuki lapangan karena prosedur lomba yang tidak jelas. Anda bisa bayangkan bagaimana mental kami saat itu. Beruntung, dicurangi adalah "kebiasaan" kami. Dengan jiwa kompetitor, teman-teman dapat melaksanakan tugas dgn apik.

Selidik punya selidik, menurutku dan sumber yang aku kumpulkan ada 2 hal yang tidak beres dalam PDBI ini. Pertama, Surabaya dianggap musuh besar oleh semua kontingen. Entah mengapa, mungkin hanya iri. Tapi itu sangat kerasa, dan membuat panitia-pun juga terpengaruh. Yang kedua adalah subjektivitas dalam penilaian. Biasalah Indonesia adalah negara dengan "budaya" KKN.

Tidak eman ta? Olahraga yang mahal dan elit ini dirusak begitu saja? Tahu gak gaji pelatih DB di USA bisa sama dengan gaji pelatih sepak bola? iya, karena mereka sungguh-sungguh dalam menyikapi sebuah bidang ini. Ayolah PDBI, jangan bawa-bawa KKN ke dalam organisasi ini. Gak pengin go internasional ta? Eman lo..

Semoga coretan hina saya ini bisa diterima siapapun dan semoga PDBI mau membenahi organisasinya. Wes 32 taun rek, mosok gak maju-maju.



Matur nuwun lan sepurane sing katah.

3 komentar:

  1. butuh kedewasaan berpikir bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan DB. selama masih banyak kepentingan pribadi/golongan yang diutamakan maka jiwa sportivitas semakin lama akan semakin hilang.kembali kepada niat dan hati nurani masing-masing insan DB........... MAU DIBAWA KEMANA...

    BalasHapus
  2. MAU DIBAWAAA....
    KEMANA....
    HUBUNGAN KITAAAAA....

    Setuju gan sama yang d atas :thumbs:

    BalasHapus
  3. Hmm, thx komennya, tp kira kira kapan yaaa??

    BalasHapus